Dipublikasikan oleh Aulia Ramadhanti
Apr 13, 2023
12 menit membaca
Daftar Isi
Indonesia merupakan negara yang kaya akan kerajaan, seperti Kerajaan pajajaran, Majapahit, Mataram, Goa dan Tallo, dan Kerajaan Sriwijaya. Namun kali ini kita hanya akan membahas tentang peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Seperti yang diketahui bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan terbesar di Indonesia.
Kerajaan ini sering disebut sebagai kerajaan terkuat, karena memiliki kekuatan maritim yang sangat luar biasa, bahkan kekuatan tersebut membuat kerajaan ini dapat menguasai berbagai pulau seperti Pulau Jawa, Sumatera, Kamboja, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan dan Pesisir Kalimantan.
Imbas dari kekuasaannya Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan yang berhasil menguasai jalur perdagangan di wilayah Asia-Tenggara.
Sebelum kita menuju pembahasan tentang Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ada baiknya jika kita mengetahui sejarah dari kerajaan ini.
Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: puncak kejayaan dan runtuhnya
Nama Kerajaan Sriwijaya diambil dari dua suku kata yaitu Sri dan Wijaya, Sri yang artinya gemilang atau bercahaya dan Wijaya yang berarti kemenangan. Jika keduanya digabung, maka Sriwijaya diartikan sebagai suatu kemenangan yang gemilang.
Maka tak heran jika Sriwijaya disebut dengan nama yang berbeda di setiap negara, seperti dalam bahasa Pali dan Sanksekerta, Sriwijaya disebut sebagai Javadeh dan Yavadesh.
Dalam Tionghoa dikenal dengan sebutan San-fo-ts’i, San Fo Qi atau Shih-Li-Fo-Shih, sedangkan dalam bangsa Arab mengenal Kerajaan Sriwijaya dengan sebutan Seibuzaatau Zabaj.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya semakin dikenali sampai generasi sekarang, karena masa kejayaannya yang luar biasa pada abad ke 9 hingga 10 Masehi, dalam kejayaan ini Sriwijaya diketahui menguasai jalur perdagangan melalui jalur laut atau maritim di wilayah Asia Tenggara.
Dalam dunia maritim, Sriwijaya telah berhasil melakukan kolonisasi dengan kerajaan-kerajaan besar yang ada di Asia-Tenggara, hingga mampu mencapai tanah Sumatera, Semenanjung Malaya, Jawa, Thailand, Vietnam, Filipina dan Kamboja.
Kekuasaan ini Kerajaan Sriwijaya meliputi pengendalian rute kegiatan perdagangan lokal dan rempah.
Dimana dalam transaksi mereka menggunakai bea cukai terhadap semua kapal yang lewat, tidak hanya mengumpulkan kekayaan dari bidang maritim, namun juga mengumpulkan kekayaan melalui gudang perdagangan untuk pasar India dan Tiongkok.
Dalam pembahasan sejarah Kerajaan Sriwijaya tidak banyak yang menerangkan kapan sebenarnya kerajaan ini berdiri, pasalnya bukti tertua justru berasal dari Negeri China, seperti beberapa bukti berita berikut ini:
Dimana telah disebutkan pada tahun 682 M, ada seorang pendeta asal Tiongkok bernama I-Tsingingin mendalami agama Budha di wilayah India, kemudian singgah untuk mempelajari bahasa Sansekerta di Sriwijaya selama satu bulan.
Pada saat itu, tercatat bahwa kerajaan Sriwijaya dikuasai oleh Dapunta Hyang. Selain berita dari Cina, bukti keberadaan kerajaan ini juga tertulis dalam beberapa prasasti, salah satunya terdapat dalam prasasti yang ada di palembang yaitu Prasasti Kedukan Bukit (605/683M).
Di dalam prasasti telah disebutkan bahwa, Dapunta Hyang melakukan ekspansi selama 8 hari dengan membawa pasukan sebesar 2.000 tentara dan berhasil menguasai beberapa daerah.
Maka ditinjau dari bukti catatan dari Cina dan prasasti di Palembang tersebut, para ahli telah menyimpulkan bahwa Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 dan raja pertamanya adalah Dapunta Hyang.
Dikabarkan bahwa pedagang Arab telah melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Hal ini terbukti dengan temuan peninggalan yang kemungkinan bekas dari perkampungan bangsa Arab yang berada di sekitar Kerajaan Sriwijaya.
Baca juga: 25+ Peninggalan Kerajaan Majapahit
Diceritakan bahwa dahulu Kerajaan Sriwijaya pernah mengadakan hubungan kerjasama dengan beberapa kerajaan yang ada di India, seperti Colamandala dan Nalanda.
Kerajaan Nalanda juga telah membangun Prasasti yang menceritakan tentang Sriwijaya.
Sriwijaya dikenal sebagai salah satu kerajaan yang berhasil berkembang dengan sangat pesat khususnya dalam bidang maritim. Hal ini karena pengaruh dari beberapa faktor geografis seperti:
Baca juga: Pendiri Kerajaan Banten dan Silsilah Rajanya
Baca juga: Tentang Kerajaan Kediri dan Rajanya
Kerajaan ini terus-menerus meluas hingga mencakup Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, Laut Jawa bagian Barat, Bangka, Jambi Hulu, Tarumanegara, Semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting Kra.
Luasnya wilayah laut yang dikuasai Kerajaan Sriwijaya menjadikan Ia sebagai kerajaan maritim yang sangat besar.
Pada awal kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya hanya bertumpu pada bidang pertanian, namun karena letak kerajaan yang strategis, yaitu di persingan jalur perdagangan internasional, membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk memulai kegiatan perdagangan dan pelayaran.
Karena letak yang strategis pula, banyak pedagang China yang akan ke India membongkar muatan-nya di Sriwijaya, begitu pula dengan pedagang India yang akan pergi ke China.
Dengan demikian pelabuhan Sriwijaya semakin ramai hingga Sriwijaya menjadi pusat perdagangan se-Asia Tenggara, perairan di Laut Batuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa telah berada dibawah kekuasaan Sriwijaya.
Baca juga: Cina, #49 Negara Terbaik Untuk Bisnis
Karena letak yang strategis, perkembangan perdagangan internasional di Sriwijaya sangat baik.
Dengan banyaknya pedagang yang singgah di Sriwijaya memungkinkan masyarakat berkomunikasi dengan mereka, hingga dapat meningkatkan kemampuan dalam bidang komunikasi bagi masyarakat Sriwijaya.
Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaysia.
Perdagangan Internasional ini juga membuat kecenderungan masyarakat menjadi terbuka akan berbagai pengaruh dan budaya asing, seperti dari India.
Budaya India yang masuk berupa penggunaan nama-nama khas India, adat istiadat, dan agama Hindu Buddha.
I-tsing menerangkan bahwa banyak pendeta yang datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan menyalin kitab-kitab suci agama Buddha.
Dan salah seorang guru yang terkenal dalam masa itu adalah Sakyakirti yang mengarang buku berjudulkan Hastadandasastra.
Dalam bidang politik di kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang pernah memimpin, wilayah kekuasaan, dan hubungan dengan pihak luar negeri.
1) Dapunta Hyang Sri Jayanasa
Beliau adalah pendiri Kerajaan Sriwijaya, pada masa pemerintahannya ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan sampai wilayah Jambi, yaitu dengan menduduki daerah Minangatamwan yang terletak di dekat jalur perhubungan pelayaran perdagangan di Selat Malaka.
Sejak awal beliau telah bercita-cita supaya Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
2) Balaputradewa
Sebelumnya Balaputradewa merupakan raja di Kerajaan Syailendra, ketika terjadi perang saudara antara Balaputradewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya).
Balaputradewa mengalami kekalahan, akibatnya dia lari ke Kerajaan Sriwijaya, dimana Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Balaputradewa) tengah berkuasa, karena dia tidak memiliki keturunan maka diangkatlah Balaputradewa sebagai raja.
Masa kepemimpinan Balaputradewa diperkirakan mulai tahun 850 M.
Sriwijaya mengalami perkembangan pesat dengan meningkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan rakyat, pada masa pemerintahannya pula Sriwijaya mengadakan hubungan dengan Kerajaan Chola dan Benggala (Nalanda) dalam bidang pengembangan agama Budha, bahkan menjadi pusat penyebaran agama Bhudda di Asia Tenggara.
3) Sri Sanggarama Wijayatunggawarman
Pada masa ini Sriwijaya telah di hianati dan diserang oleh kerajaan Chola, sang raja ditawan dan baru dilepaskan pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I di Chola.
Baca juga: Sejarah Kerajaan dari Tahun 400 sampai Tahun 700 Indonesia
Setelah berhasil menguasai Palembang, ibu kota Kerajaan Sriwijaya dipindahkan dari Muara Takus ke Palembang, nah mulai dari sinilah Kerajaan Sriwijaya dengan mudah menguasai daerah-daerah sekelilingnya.
Seperti Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional, Jambi Hulu yang terletak di tepi Sungai Batanghari dan Tarumanegara.
Pada abad ke 7 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting, seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat.
Sedangkan pada abad ke 8 M, perluasan kerajaan ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra.
Pendudukan Semenanjung Malaya bertujuan untuk menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan pendudukan pada daerah Tanah Genting Kra memiliki tujuan untuk menguasai jalur perdagangan. Antara Cina dan India.
Tanah Genting Kra sering dipergunakan oleh para pedagang untuk menyeberang dari perairan Lautan Hindia ke Laut Cina Selatan. Dengan mengandung maksud untuk menghindari persinggahan di pusat Kerajaan Sriwijaya.
Daerah lain yang berhasil dikuasai antara lain; Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung dan daerah Kedah, yang berada pada pantai barat Semenanjung Melayu.
Disini dijadikan sebagai pengembangan usaha perdagangan dengan India, diketahui pula berdasarkan berita dari Cina, Sriwijaya harus menggusur Kerajaan Kaling agar dapat menguasai pantai utara Jawa, sebab disinilah jalur perdagangan yang paling penting.
Kemudian pada akhir abad ke 8 M, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka, Selat kalimantan, dan Tanah Genting Kra.
Serta dengan seluruh kekuasaan yang dicapainya, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut terbesar di seluruh jajaran Asia Tenggara.
Dalam hubungannya dengan luar negeri Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan dengan sangat baik, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala.
Seorang Raja Nalanda, Dewapala Dewa menghadiahkan sebidang tanah untuk pembuatan asrama bagi pelajar dari nusantara yang ingin menjadi ‘dharma’ yang dibiayai oleh Balaputradewa.
Dalam bidang kehidupan beragama masyarakat Sriwijaya terpengaruh oleh pedagang dari India. Pertama adalah agama Hindu, kemudian agama Buddha, agama Bhudda dikenal di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi.
I-tsing mengatakan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha, sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha, terkhusus aliran Mahayana. Selain aliran Mahayana ajaran Buddha pada aliran Hinayana juga ikut berkembang di Kerajaan Sriwijaya.
Lambat laun tokoh dari kepemilikan nama Dharmapala dan Sakyakirti tidaklah asing lagi.
Dharmapala adalah seorang guru besar agama Buddha dari Kerajaan Sriwijaya, dan dia pernah mengajar di Perguruan Tinggi Nalanda (Benggala). Sedangkan Sakyakirti adalah guru besar juga, dan dia telah mengarang sebuah buku yang berjudul Hastadandasastra.
Selepas dari itu, besar kemungkinan juga para pedagang dan ulama muslim dari timur tengah juga tertarik untuk datang, karena mashurnya bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara. Dan dampaknya lambat laun akan tersebar benih-benih ajaran islam di Sumatra.
Baca juga: Ekspansi dan diplomasi Kerajaan Sriwijaya
Abad 9 hingga 10 merupakan masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Pada masa itu kerajaan ini berhasil menguasai jalur perdagangan maritim Asia Tenggara.
Bahkan kerajaan ini sudah menguasai hampir semua kerajaan di Asia Tenggara, seperti : Sumatra, Jawa, Filipina, Vietnam, Thailand, Kamboja, dan Semenanjung Malaya.
Tidak cukup dengan perluasan wilayah, kerajaan ini juga mengumpulkan seluruh kekayaan dari gudang perdagangan dan jasa pelabuhan. Dilanjut dengan menerapkan bea cukai setiap ada kapal yang melintas di rute perdagangan lokal. Begitupun dengan Selat Sunda dan Selat Malaka, kedua selat ini berhasil pula dikuasai.
Baca juga: Tentang Kerajaan Kutai dan 3 rajanya
Dari keadaan inilah kekuatan militer juga ikut melemah, membuat para prajurit banyak yang melepaskan diri. Hingga puncaknya terjadilah keruntuhan Kerajaan Sriwijaya ini pada abad ke-13.
Setelah panjang dan lebar saya menerangkan, tiba saatnya masuk kedalam inti pembahasan, yaitu : Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
Seperti kerajaan-kerajaan pada umumnya, Kerajaan Sriwijaya juga memiliki peninggalan, berikut adalah beberapa peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya :
No | Daftar Peninggalan Kerajaan Sriwijaya |
1 | Prasasti Talang Tuo |
2 | Prasasti Kedukan Bukit |
3 | Prasaati Kota Kapur |
4 | Prasasti Karang Brahi |
5 | Prasati Tulang Batu |
6 | Prasati Ligor |
Pada tahun 606 SM / 684 M di sebelah barat Palembang telah ditemukan sebuah Prasasti, yang dinamakan dengan Prasasti Talang Tuo.
Di dalam prasasti tertulis tentang Dapunta Hyang Sri Jayanaga, yang mana dia telah membuat Taman Sriksetra untuk kemakmuran semua makhluk.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada tahun 605 SM / 683 M di Palembang.
Prasasti ini berisikan ekspansi 8 hari yang dilakukan oleh Dapunta Hyang bersama 20.000 tentara yang akhirnya berhasil menaklukkan beberapa daerah hingga Kerajaan Sriwijaya makmur.
Baca juga: Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Sekitar tahun 608 SM / 686 M Prasasti Kota Kapur telah ditemukan di daerah Bangka.
Prasasti tersebut tertulis tentang permohonan yang diajukan kepada Dewa untuk meminta keselamatan Kerajaan Sriwijaya beserta seluruh rakyatnya.
Prasasti ini ditemukan di Jambi pada tahun 608 SM / 686 M, dan isinya sama persis dengan Prasasti Kota Kapur.
Prasasti yang dikenal dengan nama Tulang Batu ini memang telah ditemukan di Palembang, namun tidak ada catatan yang mencantumkan kapan prasasti ini ditemukan.
Prasasti ini berisikan sebuah kutukan terhadap pelaku tindak kejahatan serta mereka yang melanggar perintah raja.
Ditemukan pada tahun 679 SM / 775 M di daerah Tang Genting Kra, berisikan tentang kisah semasa Sriwijaya berada dibawah kekuasaan Darmaseta.
Peninggalan kerajaan Sriwijaya di atas hanya berupa prasasti yang populer saja dan banyak dikenal oleh masyarakat. Padahal sebenarnya masih banyak peninggalan kerajaan Sriwijaya lainnya yang belum ditemukan, baik itu dalam bentuk prasasti atau benda berharga lainnya.
Demikian artikel yang bisa kami sajikan. Semoga tulisan mengenai peninggalan kerajaan Sriwijaya ini memberikan pengetahuan dan manfaat bagi Anda.
Temukan beragam pilihan rumah terlengkap di daftar properti & iklankan properti kamu di Jual Beli Properti Pinhome. Bergabunglah bersama kami di aplikasi Rekan Pinhome untuk kamu agen properti independen atau agen kantor properti.Â
Kamu juga bisa belajar lebih lanjut mengenai Properti di Property Academy by Pinhome. Download aplikasi Rekan Pinhome melalui App Store atau Google Play Store sekarang!
Hanya di Pinhome.id yang memberikan kemudahan dalam membeli properti. Pinhome – PINtar jual beli sewa properti.
Source feature image: historia.id
© lifestyle.pinhome.id