Dipublikasikan oleh Omri Cristian dan Diperbarui oleh Omri Cristian
Mei 24, 2023
8 menit membaca
Daftar Isi
Panahan merupakan salah cabang olahraga yang memiliki sejarah yang panjang. Panahan awalnya adalah alat berburu dan mempertahankan hidup. Kini, panahan terdaftar sebagai cabang olahraga yang dilombakan di Olimpiade.
Namun, demikian paahan tidak tiba-tiba menjadi olahraga yang dipertandingkan seperti sekarang ini. Olahraga ini mengalami perkembangan yang cukup menarik. Bagaimana sejarah olahra panahan? Simak di sini!
Baca juga: Sejarah dan Perkembangan Bola Basket di Dunia
Panahan adalah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah. Bukti-bukti menunjukkan panahan dimulai sejak 5.000 tahun lalu. Awalnya, panahan digunakan dalam berburu sebelum berkembang sebagai senjata dalam pertempuran dan kemudian jadi olahraga ketepatan.
Lalu, bagaimana olahraga panahan bisa berkembang dan diterima masyarakat luas? Simak infomrasi selengkapnya di sini!
Dari buku-buku dilukiskan bahwa orang purbakala telah melakukan panahan yaitu menggunakan busur dan panah untuk berburu dan untuk mempertahankan hidup. Bahkan dari beberapa buku lain melukiskan bahwa lebih dari 100.000 tahun yang lalu suku Neanderathal telah menggunakan busur dan panah.
Ahli-ahli purbakala dalam penggalian di Mesir juga telah menemukan tubuh seorang prajurit Mesir Kuno yangmati ditembus anak panah. Data menunjukkan bahwa kejadian itu terjadi kira-kira 2100 tahun sebelum masehi.
Selain itu, literatur lain menuliskan bahwa sampai kira-kira tahun 1600 sesudah Masehi, busur dan panah merupakan senjata utama setiap negara dan bangsa untuk berperang.
Hingga kinipun masih ada suku-suku bangsa yang mempergunakan busur dan panah dalam penghidupan sehari-hari mereka. Misalnya suku-suku bangsa di hutan-hutan daerah hulu sungai Amazon, suku Veda di pedalaman Srilangka, suku-suku Negro di Afrika, suku-suku Irian di Irian Jaya, suku Dayak dan suku Kubu. Dari buku-buku dan keterangan-keterangan yang diperoleh maka terdapat dua kelompok ahli yang mengemukakan dua teori yang berbeda.
Kelompok pertama berpendapat bahwa panah dan busur mulai dipakai dalam peradaban manusia sejak “era mesolitik” atau kira-kira antara 5000 – 7000 tahun yang silam. Sedangkan, pendapat kedua percaya bahwa panahan lebih awal dari masa itu, yaitu dalam “era paleolitik” antara 10.000 – 15.000 tahun yang lalu.
Terlepas dari mana yang benar, maka yang jelas bahwa sebelum panahan menemui bentuknya sebagai olahraga seperti yang Pins kenal saat ini, ternyata panahan telah melalui masa pertumbuhan yang panjang.
Melalui peranan yang berbeda-beda, mula-mula panahan dipergunakan orang sebagai alat untuk mempertahankan diri dari serangan bahaya binatang liar, sebagai alat untuk mencari makan, atau untuk berburu dan senjata perang. Baru kemudian berperan sebagai olahraga baik sebagai rekreasi ataupun prestasi.
Baca juga: Pengertian, Sejarah, dan Teknik Lompat Tinggi
Dari catatan sejarah dapat tercatat bahwa baru pada tahun 1676, atas prakarsa Raja Charles II dari Inggris, panahan mulai dipandang sebagai suatu cabang olahraga. Kemudian banyak negara-negara lain yang juga menganggap panahan sebagai olahraga dan bukan lagi sebagai senjata untuk berperang.
Pada tahun 1844 di Inggris diselenggarakan perlombaan panahan kejuaraan nasional yang pertama dibawah nama GNAS (Grand National Archery Society).
Pertandingan serupa akhirnya dilangsungkan di Amerika Serikat. AS menyelenggarakan kejuaraan nasionalnya yang pertama pada tahun 1879 di kota Chicago.
Sama halnya dengan sejarah panahan di dunia, demikian pula tidak seorangpun yang dapat memastikan sejak kapan manusia di Indonesia menggunakan panahan dan busur dalam kehidupannya. Tetapi apabila kita memperhatikan cerita-cerita wayang purwa misalnya, jelas bahwa sejarah panah dan busur di Indonesia pun telah cukup panjang. Simak informasi selengkapnya di bawah ini.
Panahan telah ikut ambil bagian dalam era kebangunan Olahraga Nasional yang dimulai saat PON I. Dalam sejarah PON, Panahan merupakan cabang yang selalu diperlombakan, walaupun secara resminya Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) baru terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas prakarsa Sri Paku Alam VIII.
Setelah itu, pertandingan panahan merasa perlu dilakukan dengan rutin. Dan Kejuaraan Nasional yang pertama sebagai perlombaan yang terorganisir, baru diselenggarakan para tahun 1959 di Surabaya.
Sri Paku Alam VIII selanjutnya menjabat sebagai Ketua Umum Perpani hampir duapuluh empat tahun dari tahun 1953 sampai tahun 1977. Dengan terbentuknya Organisasi Induk Perpani, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menjadi anggota FITA (Federation Internationale de Tir A L’arc).
Indonesia diterima sebagai anggota FITA pada tahun 1959 pada konggresnya di Oslo, Norwegia. Sejak saat itu Panahan di Indonesia maju pesat, walaupun pada tahun-tahun pertama kegiatan Panahan hanya terdapat di beberapa kota di pulau Jawa saja. Kini boleh dikatakan bahwa hampir di setiap penjuru tanah air, Panahan sudah mulai dikenal.
Dengan diterimanya sebagai anggota FITA, maka pada waktu itu di Indonesia selain dikenal jenis Panahan tradisional dengan ciri-ciri menembak dengan gaya duduk dan instinctive, maka dikenal pula jenis ronde FITA yang merupakan jenis ronde Internasional, yang menggunakan alat-alat bantuan luar negeri yang lebih modern dengan gaya menembak berdiri. Dan dengan demikian terbuka pulalah kesempatan bagi pemanah Indonesia untuk mengambil bagian dalam pertandingan-pertandingan Internasional.
Baca juga: Pengertian, Sejarah, dan Teknik Lari Maraton
Bersamaan dengan itu timbul masalah peralatan yang harus diatasi untuk bisa mengambil bagian dalam pertandingan Internasional. Pemanah Indonesia harus memiliki peralatan yang memadai agar dapat berkompetisi dengan lawan-lawannya secara berimbang. Kenyataannya alat-alat ini sangat mahal harganya dan sulit didapat.
Hanya beberapa pemanah saja yang dapat membayar harga alat-alat tersebut. Keadaan ini merupakan faktor penghambat bagi perkembangan olahraga ini.
Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1963 Perpani menciptakan Ronde baru dengan nama Ronde Perpani. Pokok-pokok ketentuan pada Perpani pada dasarnya sama dengan ronde FITA, kecuali tentang peralatannya yang dipakai dan jarak tembak disesuaikan dengan kemampuan peralatan yang dibuat di dalam negeri.
Mengenai peralatan Ronde Perpani ini ditetapkan bahwa hanya busur dan panah buatan dalam negeri yang boleh dipakai.
Hal ini dilakukan agar peralatan yang mahal, yang harus diimport dapat diganti dengan alat-alat yang bisa dibuat di Indonesia. Selain tiu, Ronde Perpani mempunyai peranan untuk mempersiapkan pemanah nasional untuk bisa mengambil bagian dalam pertandingan Internasional, tanpa menunggu tersedianya alat yang harus dibeli dengan harga mahal.
Bagi mereka yang terbukti berhasil membuktikan kemampuannya melalui ronde Perpani, diberi kesempatan memakai peralatan Internasional. Sedangkan Ronde Tradisional dengan ciri-ciri dilakukan dengan gaya duduk dan instinctive, sulit mengambil sumber pemanah langsung dari ronde Tradisional, karena perbedaan-perbedaan yang sifatnya prinsipil tadi.
Kemudian dengan adanya tiga ronde panahan tersebut, Perpani mengatur waktu untuk kejuaraan nasional. Setiap tahun genap diselenggarakan Kejuaraan Nasional untuk Ronde Perpani dan Ronde Tradisional. Sedangkan pada tahun ganjil diselenggarakan Kejuaraan Nasional untuk ronde FITA.
Kebijaksanaan ini adalah dalam hubungannya dengan ketentuan dari FITA yang menyelenggarakan Kejuaraan Dunia pada setiap tahun ganjil. Sehingga Kejuaraan Nasional Ronde FITA tersebut dimaksudkan untuk persiapkan dan memilih para pemanah Indonesia yang akan diterjunkan ke kejuaraan Dunia. Sedangkan pada PON diperlombakan ketiga ronde sekaligus.
Baca juga: Pengertian, Sejarah dan Teknik Dasar Taekwondo
Sejak Konggres Perpani tahun 1981 bersamaan dengan PON X, pola kebijaksanaan Perpani dirubah. Kejuaraan Nasional diselenggarakan setiap tahun (kecuali tahun diselenggarakannya PON tidak ada Kejuaraan Nasional). Kejuaraan tersebut memperlombakan ketiga ronde Panahan sekaligus yaitu Ronde FITA, Ronde Perpani dan Ronde Tradisional.
Ini karena sebelum tahun 1959, yaitu tahun diterimanya Perpani sebagai anggota FITA, panahan hanya memperlombakan Ronde Tradisional. Yaitu ronde duduk, dengan hanya satu jarak 30 meter, dengan 48 tambahan 4 anak panah. Selain itu sasaran bulatannya pun hanya dibagi tiga bagian saja.
Selanjutnya beberapa kejadian penting yang dapat dikemukakan mengenai dunia Panahan Indonesia, antara lain:
Untuk selanjutnya, perkembangan dan prestasi Panahan Indonesia tidak mengecewakan. Perpani selalu berusaha dan berhasil mengikuti kejuaraan-kejuaraan dunia, walaupun hasilnya masih di bawah pemanah-pemanah Asia masih menempati urutan teratas.
Juga pada pertandingan Internasional lainnya seperti Asian Games, SEA Games, Asian Meeting Championships, Asia Oceania Target Archery Championships, Perpani selalu ikut mengambil bagian.
Sejarah telah mencatat bahwa pada Olympic Games tahun 1976 di Montreal – Kanada pemanah puteri Indonesia yaitu Leane Suniar berhasil menempati urutan kesembilan dan pada Olympic Games Tahun 1988 di Seoul – Korea Selatan.
Selain itu, pemanah team puteri Indoenesia pernah berhasil menempati urutan kedua dan pertama kalinya Indonesia mendapat perak di arena yang bertaraf Internasional. Suatu prestasi yang sangat membanggakan.
Baca juga: Sejarah Berdiri Olahraga Sepak Takraw
Demikian artikel mengenai catatan panajang sejarah panahan di dunia dan Indonesia. Semoga bisa menambah wawasan Pins khususnya di bidang olahraga.
Temukan pilihan rumah dan apartemen terlengkap di Aplikasi Pinhome. Untuk kamu agen properti independen atau agen kantor properti bergabunglah menjadi rekan agen properti bersama kami dan iklankan properti kamu di sini.
Kamu juga bisa belajar lebih lanjut mengenai properti di Property Academy by Pinhome. Gabung menjadi Rekan Jasa Pinhome melalui aplikasi Rekan Pinhome di App Store atau Google Play Store sekarang!
Hanya di Pinhome.id yang memberikan kemudahan dalam membeli properti. Pinhome – PINtar jual beli sewa properti.
© lifestyle.pinhome.id